Cerita ini
berasal dari Riau :
Asal Usul
Buah Bidaro
Dahulu kala di wilayah Indragiri
terdapat sebuah kerajaan yang wilayahnya meliputi peranap hingga Kelayapan.
Raja memerintahkan dengan sangat adil dan negerinya pun makmur sentosa. Tapi
ada satu yang membuat sang Raja dan rakyat negeri itu sedih. Setelah sekian
lama sang Raja dan Ratu belum dikaruniai anak.
Raja sangat menginginkan keturunan
sebagai penerus tahtanya. Ia berharap sang penerus dapat memimpin negeri yang
bijaksana seperti dirinya. Raja pun meminta saran dari patih dan semua pembesar
kerajaan. Raja bertanya kepada mereka semua. Apakah gerangan kesalahan yang
telah dilakukannya sehingga hingga saat ini belum dikaruniai keturunan. Dalam
keputus-asaan, Raja berharap seluruh peninggi kerajaan memberikan solusi.
Akhirnya salah seorang petinggi
kerajaan mengajukan agar Raja mengajukan permohonon ke khayangan. Raja pun
menuruti saran tersebut dan bermeditasi kepada penguasa khayangan agar
dianugrahi anak yang selama ini dimpikannya.
Melihat kesungguan hati sang Raja. Penguasa
khayangan memberikan putri yang sangat cantik jelita. Raja senang. Akhirnya ada
yang meneruskan kepemimpinannya.
Hari berganti hari, Sang putri tumbuh
menjadi putri yang cantik jelita. Kecantikan sang putri tersiar kemana-mana.
kabar itu sampai pula di negeri seberang. Pangeran dari negeri seberang dan
putra-putra bangsawan silih berganti mengajukan pinangan. Namun, tak satu pun
pinangan yang diterima sang putri.
Menyadari kecantiakan putrinya, Raja
pun menginginkan menantu yang gagah dan istimewa. Tetapi tidak hanya gagah
melainkan harus sakti mandraguna. Oleh sebab itu, Sang Raja membuat sayembara
yang sebenarnya tidak masuk akal yakni mengubah aliran sungai yang biasanya
dari hulu ke hilir menjadi hilir ke hulu.
Walaupun mustahil, banyak orang
tertarik mencobanya. Namun tak satu pun yang berhasil memindahkannya.
Hari berganti hari, usia sang putri
semakin bertambah. Sang Putri merasa dirinya sudah siap untuk menikah. Tapi
Raja tetap pada pendiriannya. Sang putri menjadi sangat sedih. Tak seorang pun
pangaeran yang bisa melakukan sayembara tersebut.
Sang Puti demikian sedihnya dan
memutuskan untuk kembali ke khayangan. Sebelum pergi ia berkata, “Aku sangat
menyayangi rakyatku. Oleh sebab itu sebelum aku pergi, aku akan meninggalkan
sesuatu yang akan sangat berarti bagi semua rakyatku.”
Setelah itu dari air mata Sang Putri
terjelma buah yang belum ada di dunia ini. Masyarakat negeri itu menyebutnya
buah ‘badara’ atau ‘badaro’ yang berarti bauah yang diberiakan oleh dara (Putri).
Hingga saat ini buah bandara masih
dapat dinikamti oleh semua masyarakat di negeri tersebut. Setiap kali mereka
memakan buh bandara, mereka kembali teringat akan nasib sang putri yang malang.
Sumber : Buku anak Indonesia
